__________________________________________________________________

Oleh: Siti Uswatun Khasanah, S. Sos. I



Anemogame musim semi telah tiba dan anginpun merayakan gejolak rasa yang panca warna, berhembus sumilir melelapkan jiwa-jiwa yang fana, ada kebencian, kerinduan, kemunafikan, kejujuran berpolar yang sebenarnya satu.
Akulah Dewi gadis kecil dengan lima bersaudara, yang sedikit mengetahui tetapi mau berusaha menyadari serta memahami bahwa kehidupan di dunia ini adalah fatamorgana belaka yang akan selalu berjalan meski apapun yang terjadi. Meski dia tidak tahu dengan petualangannya dan perjuangannya untuk bisa mewujudkan satu impiannya, yaitu bisa membahagiakan orang-orang yang ada disekelilingnya dan orang-orang yang dicintainya, walau terkadang dia harus mau mengorbankan kebahagiaannya sendiri dan jatuh bangun didalam menghadapi kehidupannya.

Akulah Dewi, yang sedari kecil sudah dituntut untuk bisa bersikap bijaksana, mandiri dan jauh dari sifat-sifat manja, meski anak-anak seumuran aku adalah wajar apabila bermanja kepada kedua orang tuanya ataupun keluarganya. Hingga akhirnya permasalah yang terjadi padaku jarang sekali orang-orang dalam keluargaku bisa mengetahuinya atau berusaha untuk mengetahuinya, karena mereka semua selaku orang tua sendiri tidaklah pernah memperhatikan bagaimana kondisiku, kabarku, kebutuhankua ataupun keinginanku.
Aku, aku adalahDewi Astuti Rahayu, mantan ketua jurusan Komunikasi di Universitas Negrei terkenal di Jakarta, yang selalu berusaha memberikan motivasi baik secara individual maupun kolektif kepada orang lain, meskipun aku sendiri sering tidak mendapatkan motivasi dari orang lain ketika aku lagi membutuhkannya. Tetapi aku selalu berusaha tegar didalam menghadapinya. Dengan ajaran kitab suciku yang selalu aku dekap dan aku buka didalam hari-hariku.
Akulah Dewi yang selalu tersenyum memberikan senyum manisku kepada semua orang disekelilingku meskipun dibalik canda dan tawaku tersimpan duka yang amat mendalam, tetapi aku rela memberikan segala-galanya demi orang-orang yang aku cintai hidup berbahagia dan aku tidak menyesal telah menjadi matahari.
Terimakasih kusampaikan kepada kekasih hatiku, karena pelajaran yang ia berikan membuahkan sebuah hasil dan nilai yang sangat berguna baik untukkku ataupun untuk orang lain. Menumbuhkan satu kepercayaan bahwa, Allah akan selalu memberikan yang terbaik untukkku dan untuk semua.

Kepada Guru-guru, terimakasih untukmu, terutama Pak Abdul Basit, M.Ag, Pak Wito, MA dan pak Ahid BS. Ayah, ibu, dan adik-adikku semua baik yang kandung maupun non kandung, terimakasih atas segalanya. Terimakasih untuk semua keluargaku. Tak lupa untuk sahabat-sahabatku, Mba Anis, Mas Islah, Mba Asyiah, Mba Muji, Dhe Akbar Mas Toro dan Mba Alfi. Semoga Allah SWT akan selalu bersama kita semua. Amin.

Kubunuh sifat-sifat tamakku, maka tenanglah jiwaku. Jiwaku akan hina kalau aku tetap tamak. Kuhidupkan rasa puas yang telah lama mati, karena dengan menghidupkannya, harga diri dapat terjaga. Jika sifat rakus bersrang di hati seorang hamba, maka dia akan menjadi seorang yang hina dina (Imam Asy-Safi’i).




0 komentar:

Buku Tamu

Silakan Tulis nama anda disini:


Terimakasih atas Kunjungan anda di CV 467 on | the | web